Khaidir, S.Pi
Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
Kondisi Terumbu Karang Pulau Setan - Sumatera Barat mempunyai perairan laut yang sangat luas dimana terdapat ratusan pulau yang berjajar dari Utara ke Selatan. Pulau-pulau yang begitu banyak tentunya menyediakan sumberdaya hayati yang tinggi, sejauh ini semuanya belum dapat dikelola dan terpantau kelestariannya secara baik.
Faktor alam sangat mempengaruhi kehidupan hewan karang seperti gempa bumi yang sering terjadi. Kerusakan yang ditimbulkan memberikan dampak yang kuat dan membutuhkan waktu lama dalam pemulihan. Selain faktor alam, aktifitas manusia juga memberikan dampak kerusakan yang ditimbulkan.
Secara berkelanjutan karang akan terus mengalami tekanan sehingga menyebabkan pengurangan baik luasan tutupan maupun keanekaragaman jenis hewan karang dan biota yang berasosiasi dalam ekosistem ini.
Apakah kondisi terumbu karang pulau Setan yang dekat dengan pemukiman masyarakat saat ini masih baik atau tidak terjaga sama sekali kelestariannya?.
Penelitian telah dilakukan oleh Khaidir yangbertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang batu hidup (hard living coral cover) pada rataan terumbu yang yang mengacu pada persentase tutupan terumbu karang, indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (C) dengan menggunakan acuan pada bentuk pertumbuhan karang (lifeform) di perairan Pulau Setan.
Pengamatan data persentase tutupan karang hidup dilakukan pada 3 (tiga) stasiun, setiap stasiun terdiri atas dua kedalaman yaitu kedalaman 3 dan 6 meter dengan menggunakan Line Intercept Transect (LIT). Line intercept transect (transek garis) digunakan untuk menduga persen tutupan komunitas bentik (English et al., 1997).
Pulau Setan memiliki sumberdaya alam yang melimpah, menyimpan potensi terumbu karang yang cukup besar. Vegetasi tumbuhan seperti mangrove, pohon kelapa dan tumbuhan liar lainnya juga terdapat di pulau ini. Dasar perairan terdiri dari pasir, lamun dan karang
Pulau Setan juga memiliki kontur pantai datar (flate) puluhan hingga ratusan meter sampai kedalaman dua meter pada tiap sisi pulau. Pinggiran pantai dikelilingi oleh batu-batu cadas yang terjal. Disela-sela batu hidup beberapa vegetasi mangrove dan tumbuhan darat lainnya.
Tutupan biotik pada kedalaman 3 meter tidak berbeda jauh dengan tutupan biotik pada kedalaman 6 meter. Namun kehidupan biotik kedalaman 3 meter lebih mendominasi dasar perairan yaitu pada stasiun 1 dan stasiun 2.
Persentase tutupan biotik berkisar antara 46,37%-70,03% dimana tutupan biotik tertinggi adalah dari jenis Acropora pada stasiun 1 dengan tutupan sebesar 39,37%.
Pada kedalaman 6 meter yang mendominasi adalah biotik dari jenis Non Acropora dimana persentase tutupan sebesar 33,99% di stasiun 3.
Selain itu, biota lain yang masuk kedalam benthic lifeform memiliki persentase dengan kisaran 1,27%-6,47% dimana tutupan tertinggi terdapat di stasiun 2 sebesar 6,47%.
Kondisi kesehatan karang batu hidup di Pulau Setan masuk dalam kategori baik. Persentase tutupan terdiri dari tutupan bentuk pertumbuhan (lifeform) karang yakni Acropora Branching (ACB), Acropora Tabulate (ACT), Acropora Encrusting (ACE), Acropora Submassive (ACS), Acropora Digitate (ACD), Coral Branching (CB), Coral Massive (CM), Coral Encrusting (CE), Coral Submassive (CS), Coral Foliose (CF), Coral Musroom (CMR), Coral Milleopora (CME), dan Coral Helliopora (CHL).
Persentase tutupan karang batu hidup pada kedalaman 3 meter berkisar antara 44,64%-63,10% dimana persentase tersebut adalah persentase terendah (stasiun 3) dan tertinggi (stasiun 1).
Dari tiga stasiun pengamatan menunjukkan bahwa hanya ada satu kedalaman di stasiun 3 yang memiliki persentase tutupan terendah dan masuk dalam kondisi sedang, dan selebihnya berada dalam kondisi baik (50%-74,9%).
DAFTAR PUSTAKA
English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Second Edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 pp.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat. 2008. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Painan. DKP. 66 p.
Manuputty A.E.W, Makatipu P, Ulumuddin Y.I. 2009. Monitoring Terumbu Karang Kabupaten Mentawai (Samokop, Bosua dan Sikakap). COREMAP II – LIPI. Jakarta
Rahmat. M.I, Yosephine, T.H. dan Giayanto. 2001. Manual Lifeform 5.1.CRITIC dan COREMAP, Jakarta.
Siringoringo R.M. 2012. Kondisi Dan Karakter Karang Batu Di Teluk Prigi, Kabupaten Trenggelek. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Fundamentals of Ecology, W. B. Saunders Company, Philadelphia.
Weber, C. I. 1973. Biological Field and Laboratory Methods for Measuring the Quality of Surfce Waters and Effluents
Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
Pulau Setan, Sumber Foto : Youtube/The Jolly Good |
Sumatera Barat mempunyai luas perairan laut lebih kurang 138.750 km persegi dengan panjang garis pantai 375 km, terdapat 186 pulau yang berjajar dari utara ke selatan Sumatera Barat (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, 2008).
Pulau Setan adalah salah satu pulau dari 186 pulau tersebut merupakan salah satu pulau kecil yang memiliki potensi ekosistem terumbu karang yang cukup besar bila dilihat dari lingkungan perairan lautnya.
Pulau Setan berada di tengah teluk dan dekat dengan pemukiman, tekanan yang tinggi sudah pasti terjadi akibat aktivitas masyarakat. Pulau Setan juga berada pada pergeseran lempeng bumi yang rentan bila terjadinya gempa bumi, seperti gempa tektonik yang telah terjadi belakangan ini.
Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan memiliki kaitan yang erat dengan manusia, karena memberikan banyak manfaat secara ekonomi dan ekologi.Faktor alam sangat mempengaruhi kehidupan hewan karang seperti gempa bumi yang sering terjadi. Kerusakan yang ditimbulkan memberikan dampak yang kuat dan membutuhkan waktu lama dalam pemulihan. Selain faktor alam, aktifitas manusia juga memberikan dampak kerusakan yang ditimbulkan.
Secara berkelanjutan karang akan terus mengalami tekanan sehingga menyebabkan pengurangan baik luasan tutupan maupun keanekaragaman jenis hewan karang dan biota yang berasosiasi dalam ekosistem ini.
Apakah kondisi terumbu karang pulau Setan yang dekat dengan pemukiman masyarakat saat ini masih baik atau tidak terjaga sama sekali kelestariannya?.
Penelitian telah dilakukan oleh Khaidir yangbertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang batu hidup (hard living coral cover) pada rataan terumbu yang yang mengacu pada persentase tutupan terumbu karang, indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (C) dengan menggunakan acuan pada bentuk pertumbuhan karang (lifeform) di perairan Pulau Setan.
Pengamatan data persentase tutupan karang hidup dilakukan pada 3 (tiga) stasiun, setiap stasiun terdiri atas dua kedalaman yaitu kedalaman 3 dan 6 meter dengan menggunakan Line Intercept Transect (LIT). Line intercept transect (transek garis) digunakan untuk menduga persen tutupan komunitas bentik (English et al., 1997).
Gambaran Umum Pulau Setan (Sutan)
Pulau Setan berada di kecamatan Koto XI Tarusan kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Sebelah utara dari pulau ini berbatasan dengan Negeri Mandeh, sebelah Selatan berbatasan dengan pulau Sironjong Gadang. Sebelah Timur berbatasan dengan negeri Ampang Pulai dan sebelah Barat berbatasan dengan pulau Cubadak.Pulau Setan memiliki sumberdaya alam yang melimpah, menyimpan potensi terumbu karang yang cukup besar. Vegetasi tumbuhan seperti mangrove, pohon kelapa dan tumbuhan liar lainnya juga terdapat di pulau ini. Dasar perairan terdiri dari pasir, lamun dan karang
Gambaran Umum Terumbu Karang Pulau Setan
Berdasarkan struktur geomorfologi dan proses pembentukannya, terumbu karang yang ada di perairan Pulau Setan memiliki tipe terumbu karang tepi (Fringing Reef). Pulau setan berada di perairan teluk dengan kondisi perairan cukup tenang dan terlindung dari laut lepas.Pulau Setan juga memiliki kontur pantai datar (flate) puluhan hingga ratusan meter sampai kedalaman dua meter pada tiap sisi pulau. Pinggiran pantai dikelilingi oleh batu-batu cadas yang terjal. Disela-sela batu hidup beberapa vegetasi mangrove dan tumbuhan darat lainnya.
Persentase Biotik dan Abiotik Dasar Perairan
Komponen biotik perairan pulau Setan terdiri dari Persentase tutupan komponen Acropora, Non Acropora dan biota lain. Disamping itu pengamatan juga dilakukan pada komponen abiotik dasar perairan yang terdiri dari karang mati (R), pasir (S), lumpur (Sl), water (WA) dan rock (RCK).Tutupan biotik pada kedalaman 3 meter tidak berbeda jauh dengan tutupan biotik pada kedalaman 6 meter. Namun kehidupan biotik kedalaman 3 meter lebih mendominasi dasar perairan yaitu pada stasiun 1 dan stasiun 2.
Persentase tutupan biotik berkisar antara 46,37%-70,03% dimana tutupan biotik tertinggi adalah dari jenis Acropora pada stasiun 1 dengan tutupan sebesar 39,37%.
Pada kedalaman 6 meter yang mendominasi adalah biotik dari jenis Non Acropora dimana persentase tutupan sebesar 33,99% di stasiun 3.
Selain itu, biota lain yang masuk kedalam benthic lifeform memiliki persentase dengan kisaran 1,27%-6,47% dimana tutupan tertinggi terdapat di stasiun 2 sebesar 6,47%.
Komponen abiotik juga merupakan komponen yang keberadaannya dapat menjelaskan bagaimana pengaruhnya terhadap terumbu karang.
Patahan karang dan pasir adalah komponen abiotik yang keberadaannya ada di semua stasiun pengamatan. Persentase tutupan abiotik dasar perairan berkisar antara 29,94%-43,37% dimana tutupan terbesar terdapat di stasiun 1 sebesar 43,37%.
Abiotik dasar perairan yang memliki tutupan tertinggi adalah pasir sebesar 33,27% diikuti oleh tutupan patahan karang sebesar 19,60%.
Persentase Tutupan Karang Batu Hidup
Kondisi terumbu karang dapat ditentukan dari persentase tutupan karang yang diacukan pada kategori kesehatan karang. Persentase tutupan yang rendah ataupun tinggi menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan karang sebuah pulau.Kondisi kesehatan karang batu hidup di Pulau Setan masuk dalam kategori baik. Persentase tutupan terdiri dari tutupan bentuk pertumbuhan (lifeform) karang yakni Acropora Branching (ACB), Acropora Tabulate (ACT), Acropora Encrusting (ACE), Acropora Submassive (ACS), Acropora Digitate (ACD), Coral Branching (CB), Coral Massive (CM), Coral Encrusting (CE), Coral Submassive (CS), Coral Foliose (CF), Coral Musroom (CMR), Coral Milleopora (CME), dan Coral Helliopora (CHL).
Persentase tutupan karang batu hidup pada kedalaman 3 meter berkisar antara 44,64%-63,10% dimana persentase tersebut adalah persentase terendah (stasiun 3) dan tertinggi (stasiun 1).
Dari tiga stasiun pengamatan menunjukkan bahwa hanya ada satu kedalaman di stasiun 3 yang memiliki persentase tutupan terendah dan masuk dalam kondisi sedang, dan selebihnya berada dalam kondisi baik (50%-74,9%).
Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C)
Analisis Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C) digunakan untuk mengetahui gambaran kondisi struktur komunitas karang pada setiap stasiun pengamatan.
Indeks Keanekaragaman (H’) Terumbu karang di Pulau Setan dalam kondisi sedang.
Kisaran nilai indeks keanekaragamannya adalah 2,40-3,12 dan dari semua titik pengambilan data, stasiun 2 kedalaman 6 meter memiliki keanekaragaman (H’) tertinggi yaitu 3,12. Selanjutnya keanekaragaman (H’) terendah terdapat di stasiun 1 kedalaman 3 meter yaitu 2,40.
Indeks Dominansi (C) Pulau Setan tergolong rendah (mendekati nilai 0). Rentang nilai indeks dominansinya adalah 0,27-0,14.
Dominansi hanya terjadi di stasiun 1 kedalaman 3 meter yaitu 0,27 dan yang paling terendah di stasiun 2 kedalaman 6 meter.
Grafik Indeks H, C, E kedalaman 3 Meter |
Grafik Indeks H, C, E kedalaman 6 Meter |
Indeks keseragaman (E) karang Pulau Setan tergolong seragam, merata dan relatif sama dimana nilai (E) mendekati satu.
Stasiun yang paling tinggi tingkat keseragamannya berada di stasiun 2 kedalaman 6 meter yaitu 0,68. Sebaliknya keseragaman terendah atau ada yang sedikit mendominasi adalah stasiun 1 kedalaman 3 meter yakni 0,38.
Kesimpulan
Kondisi kesehatan terumbu karang di perairan Pulau Setan masuk dalam kategori baik. Tutupan karang batu hidup setiap stasiun pengamatan tidak berbeda nyata.
Ini menjelaskan bahwa terumbu karang di perairan Pulau Setan masih mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Indeks Keanekaragaman (H’) yang terdapat di Pulau Setan menunjukkan bahwa keadaan sebaran karang dalam kondisi sedang.
Indeks Keanekaragaman (H’) yang terdapat di Pulau Setan menunjukkan bahwa keadaan sebaran karang dalam kondisi sedang.
Indeks Dominansi (C) yang terdapat di Pulau Setan adalah rendah.
Indeks keseragaman (E) menunjukkan bahwa karang Pulau Setan adalah seragam.
DAFTAR PUSTAKA
English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Second Edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 pp.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat. 2008. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Painan. DKP. 66 p.
Manuputty A.E.W, Makatipu P, Ulumuddin Y.I. 2009. Monitoring Terumbu Karang Kabupaten Mentawai (Samokop, Bosua dan Sikakap). COREMAP II – LIPI. Jakarta
Rahmat. M.I, Yosephine, T.H. dan Giayanto. 2001. Manual Lifeform 5.1.CRITIC dan COREMAP, Jakarta.
Siringoringo R.M. 2012. Kondisi Dan Karakter Karang Batu Di Teluk Prigi, Kabupaten Trenggelek. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Fundamentals of Ecology, W. B. Saunders Company, Philadelphia.
Weber, C. I. 1973. Biological Field and Laboratory Methods for Measuring the Quality of Surfce Waters and Effluents