Air adalah sumber kehidupan.
Itulah nikmat terbesar yang diberikan oleh Sang Pencipta.
Nikmat terbesar itu menginspirasi saya dalam melakukan
setiap aktifitas hingga saat ini.
Kahidir Air, sebuah nama yang memberikan semangat begitu luar biasa.
Tambahan kata air dibelakang nama asli tersebut sengaja ditambahkan
setelah saya menemukan jati diri yang sebenarnya.
Saya bergabung dengan sebuah study club yang bergerak
dibidang penyelaman yaitu Marine Science Diving Club (MSDC) UR saat kuliah di
jurusan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Foto : Bersama Marine Science Diving Club (MSDC) UR, Pulau Kasiak |
Saya menambahkan nama air tersebut di baju anggota.
Sayalah Khaidir Air itu.
Air memberikan kenyamanan bagi saya saat berada dekatnya,
apakah dengan hanya melihat ataupun masuk ke dalamnya.
Air yang saya maksudkan adalah laut.
Sejak kecil laut dan pesisir memang sudah menjadi halaman
main bagi saya.
Namun sejak saya masuk kelompok selam di universitas
ternama di Riau tersebut saya merasa seperti menemukan wadah dimana perasaan
hati ini terhadap air sangat didukung.
Dulunya hanya berenang di air yang keruh dan hitam kelam.
Ketika diawali bersama kawan-kawan di club saya mulai
merasakan bagaimana rasanya berada di lautan biru yang luas.
Kami menyelam dari pulau ke pulau, dari sebuah perairan
laut ke perairan laut lainnya.
Sebagai mahasiswa yang kampusnya jauh dari laut, saya dan
teman-teman berusaha sekuat mungkin untuk tetap menanamkan kemauan yang kuat
agar dapat bertemu dengan laut.
Foto : Saya (kiri) Kahidir Air Bersama Budy Ehdra |
Adapun kisah saya yang pernah tersimpan disejuknya laut
adalah perairan Pulau Enggano dan Pulau Dua (Bengkulu), Pulau Cingkuak, Pulau
Aur Besar, Pulau Aur Kecil, Pulau Karabak Besar, Pulau Karabak Kecil, Pulau
Katang-Katang, Pulau Beringin dan masih banyak lagi.
Air laut yang pernah menyimpan kisah saya lainnya adalah
di kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat.
Kabupaten paling terluar Sumatera Barat.
Saya puas menyelam seperti di perairan Pulau Pagai dan
sekitarnya, Pulau Sipora, Pulau Siburu, Pulau Hawera, Siberut.
Foto : Bersama Tim Penyelam Hitam. Kab. Mentawai |
Beranjak dari laut Mentawai, saya kembali lagi menjadi
artis di lautan yang berada di Utaranya yaitu Nias.
Nias seingat saya pernah menyelam di Pulau Mongki, Gosong
Uma, dan masih banyak lagi.
Maklum lupa karena susah-susah nyebut namanya.
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa saya dan air
memang sahabat atau berjodoh.
Saya kembali meninggalkan kisah di air laut yang asin.
Kali ini saya menyelam di perairan Pulau Kasiak, Pulau
Angso Duo, Pulau Panjang, Pulau Pigago dan tetap masih banyak lagi pulau di Kabupaten
Pariaman dan Pasaman Barat.
Beberapa perairan pulau lainnya yang pernah saya salami
diantaranya Pulau Sironjong Besar, Sironjong Kecil, Pulau Cubadak, Pulau Setan,
Pulau Pagang, Pulau Ungge, Pulau Mursala, Pulau Weh dan Pulau Bintan.
Pada kesempatan lain kali, saya akan coba ingat-ingat
lagi pulau dan perairan yang pernah saya selami karena disana ada kotak
hitamnya.
Semoga beberapa tempat yang sudah saya ceritakan dapat menjadikan
referensi untuk datang melakukan ekowisata. (KHAI).
3 komentar
kami sahabat laut
Laut adalah sumber kehidupan..
tetap jaga laut..
selamatkan dan tetap lestarikan laut kita untuk anak cucu.
kami hero laut